Bidang Pengembangan Teknologi Penginderaan Jauh's Fan Box

Minggu, 15 November 2009

Apa itu HDTV?

HDTV (High Definition Television) merupakan suatu sistem media komunikasi bergambar dan atau bersuara dengan tingkat kualitas ketajaman gambar (resolusi) sangat tinggi. Kualitas gambar yang dihasilkan HDTV mempunyai ketajaman lebih baik (resolusi 1125 baris, dengan 1080 baris aktif), variasi warna, format layar lebar (dengan aspect ratio TV digital 16:9 atau 1,78:1), transmisi data digital berbasis 19,3 megabit per detik dan jumlah piksel hingga lima kali format standar analog PAL.
Gambar 1. Perbedaan aspect ratio NTSC dan HDTV

HDTV adalah istilah yang menyangkut semua aspek, tidak hanya layar TV saja, yang menjamin gambar video yang ditampilkan adalah gambar video definisi tinggi, mulai dari unit kamera video, format sinyal dan cara transmisi, sistem penerima, hingga layar penampil pada ujung belakang.

Sistem broadcast HDTV diidentifikasi dengan tiga parameter utama: ukuran frame, sistem scanning (interlaced scanning dan progressive scanning) dan frame rate.
Kedua gambar ini diperoleh dengan menggunakan kamera yang mempunyai tipe lensa sama dengan kecepatan gerak mobil yang sama. Background kedua gambar tampak jelas, akan tetapi sopir tampak lebih jelas hanya pada gambar dengan teknologi progressive scan.

Penggunaan HDTV untuk Observasi Bumi

Penggunaan kamera video HDTV untuk penginderaan jauh telah dilakukan NASA yang melakukan ujicoba perekaman citra bumi dengan wahana ISS. Untuk melihat seberapa besar potensi HDTV untuk observasi bumi, kita perlu membandingkan HDTV dengan metode akuisisi citra yang telah ada sebelumnya. Perbandingan HDTV dengan video NTSC, Hasselblad dan ESC dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1. Kemungkinan Resolusi Digital Maksimum (ukuran piksel dalam m) untuk perbandingan sistem kamera, berdasar pada Geometri ketinggian, lensa dan ukuran asli citra

Sumber: NASA, HDTV Images for Earth Observations and Earth Science Applications

Perbandingan citra yang diperoleh:
Gambar 3. Perbandingan kamera video HDTV dan NTSC
Gambar 4. Perbandingan HDTV dan ESC

Gambar 5. Perbandingan detail citra antara HDTV dan kamera film Hasselblad dengan FOV konstan

Citra HDTV untuk Penginderaan Jauh

HDTV mempunyai resolusi yang cukup baik dan jarak dinamis untuk mencapture gambar yang mungkin digunakan sebagai data inderaja digital. Data ini dapat digunakan untuk aplikasi identifikasi penggunaan lahan (land use) dan tutupan lahan (land cover), dan juga untuk pemetaan lingkungan laut yang dangkal.
Gambar 6. Perbandingan citra SPOT dan HDTV untuk pemetaan fitur batu karang (coral reef)

Potensi Kamera Video HDTV Sebagai Muatan Satelit Lapan A2

Kemungkinan dipasangnya kamera video HDTV pada satelit Lapan A2 cukup besar karena dengan tingkat kemajuan teknologi saat ini, problem format sinyal, komunikasi atau transmisi data, hingga perekaman dan pengolahan data HDTV tidak lagi menjadi penghalang. Semua produk teknologi yang dapat digunakan untuk kepentingan itu, mulai dari kamera HD, modulator/transmitter kanal S, hingga penerima dan penampilnya di bumi telah tersedia di pasaran.

Hal yang perlu diperhatikan dalam rencana pemasangan kamera HDTV pada Lapan A2 adalah logistik daya dan infrastruktur ruangan satelit tersebut. Karena definisinya yang tinggi, kamera video untuk HDTV pada umumnya memiliki tingkat konsumsi daya listrik yang lebih besar daripada kamera video biasa (bisa mencapai dua kali atau lebih). Ukuran fisiknya (volume dan bobot) juga lebih besar dibanding kamera video biasa (volumenya bisa mencapai lima kali lipat dan bobotnya kira-kira 1,5 kali lipat). Dengan demikian, pemasangan kamera HDTV pada satelit Lapan A2 akan membutuhkan ruang yang lebih besar dan konsumsi daya listrik lebih tinggi serta akan menambah bobot hingga sekitar 500 gram dibanding Lapan A1.

Dalam hal pemanfaatan, perlu diingat bahwa kamera video HDTV dirancang hanya untuk memenuhi keperluan visual mata manusia yang memiliki sifat lebih peka terhadap gelap terang daripada terhadap warna atau rona sehingga kamera ini dirancang lebih luwes (adaptif) untuk berbagai kondisi pencahayaan dan tidak terlalu kaku dalam mengambil informasi warna. Kamera video secara umum mengeluarkan data atau sinyal warna yang lebih rendah laju samplingnya daripada sinyal intensitas (gelap-terang). Pada kamera video professional, jika dioperasikan pada modus auto, konsistensi parameter pengukuran seperti lebar iris lensa, lama penyinaran atau shutter speed akan berubah-ubah untuk memperoleh tingkat intensitas yang memenuhi kebutuhan. Dengan demikian, data video tidak sepenuhnya bisa memenuhi kebutuhan penginderaan jauh yang menuntut konsistensi tinggi baik pada metode perolehannya maupun variabel pemotretan/pengukurannya.

Dari hal di atas bisa difahami, walaupun secara visual hasil pemotretan dengan HDTV mirip dengan data SPOT, akan tetapi terkait kebutuhan pengukuran suatu objek baik spasial maupun indeks (vegetasi atau termal), data video belum memenuhi kebutuhan pengukuran yang bersifat standar sebagaimana pada tehnik penginderaan jauh. Jadi, data video dari satelit hanya akan membantu untuk kebutuhan surveillance saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar